Belajar dari Gus Ulil Abshar Abdala

Judulnya “Menjadi Manusia Rohani”, pengarangnya bukan orang asing ditelingaku, aku mulai mengenal Beliau dari tulisannya “Menyegarkan kembali pemahaman Islam”. Tahun 2007 aku pernah mencoba berinteraksi melalui email, maklum waktu itu belum ada WA, emailnya pun masih memakai plasa.com. meskipun aku yakin Beliau sama sekali tidak mengenalku. Dan tidak pentinglah mengenal orang biasa seperti aku. Hehehe
Back to menjadi manusia rohani, saat ramai ngaji online beliau seputar kitab ihya nya Imam Ghazali, aku termasuk penyimak setianya, bahasanya yang enak dan mudah difahami membuatku betah nongkrong lama-lama didepan layar laptop/ponselku,apalagi ditemani secangkir kopi item tanpa gula, waw maknyusnya. 
Kebetahanku pada cara Gus Ulil (begitu Beliau disapa) menyampaikan tausiyah, membuatku tertarik untuk membeli dan membaca tulisannya dalam “Menjadi Manusia Rohani”, yang merupakan sarah dari kitab “Alhikam” karya Al-Mukaram Ibu Athailah. Sebelum membaca bukunya Gus Ulil ini, sebenarnya aku sudah pernah membaca sarah Al-Hikam yang ditulis oleh Syeh Abdullah Asyarqowi dengan terjemah bahasa jawa. Sarah ini jua sangat luar biasa. Keduanya seperti saling menyempurnakan. 
Satu hal yang sangat membuatku terkejut, sekaligus merasa terkritik, adalah ketika membaca point pertama dari bab pertama “usaha penting tetapi bukan segala-galanya”. Ini seperti teguran dari Tuhan kepadaku melalui tulisannya Gus Ulil, bagaimana tidak beberapa minggu sebelum aku membaca tulisan ini, kondisiku sedang dalam kekecewaan yang amat berat, sebuah kegagalan yang membuat aku secara diam-diam merasa kecewa dan boleh dikata semacam putus asa. 
Begitu indah Tuhan menegurku, sebagai hamba yang lalai, sindiran halus melalui tulisan tangan Ibnu Atthailah :
من علامة الإعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل 
“tanda seseorang bergantung pada amal dan karyanya adalah bahwa dia akan cenderung pesimis, kurang harapan manakala dia mengalami kegagalan atau terpeleset”.

Meski aku memaknai lain, tapi aku fikir ini adalah cara terindah Tuhan dalam menegurku sebagai rasa sayang. 
Rasanya tak cukup ruang untuk mengungkapkan betapa luar biasanya kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya.

Bersambung dulu ah