Belajar dari Kurikulum CBSA

(Catatan Seorang Blacklist)

Beberapa hari yang lalu, di media masa diberitakan, Yang mulia Presiden Jokowi menginstruksikan kepada menteri pendidikan yang baru mas Nadiem untuk merombak besar-besaran kurikulum pendidikan di Sekolah. mungkin ini bukan kabar yang asing, sebab biasanya ganti menteri ganti kebijakan, ganti model.

Mungkin bagi Tom yang seorang akademisi, hal ini bukan sesuatu yang mengagetkan, ini biasa dilingkungan akademis, apalagi semacam kampus seprti tempat Tom mengajar sekarang.

Dulu sekitar tahun 2004 an ketika Aku, Tom dan Kris masih duduk dibangku kuliah, ramai tentang kurikulum berbasis kompetensi alias KBK, yang katanya diadopsi dari sistem kurikulum di USA. tak lama kemudian seiring bergantinya kabinet, lahir pula yang namanya Kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP, ramai euy pelatihan dimana-mana, dari mulai guru SD-perguruan tinggi. waktu itu Aku, Tom dan Kris sudah menempuh jalan kehidupan masing-masing.

Selang beberapa waktu, muncul kurikulum baru namanya K13 alias kurikulum 2013. katanya penyempurna kurikulum-kurikulum sebelumnya. makin runyem dech. orientasinya generasi emas abad 21. sempat ada kabar mau disempurnakan lagi dengan yang namanya Kurnas alias Kurikulum nasional di Era Pak Anis Baswedan. beruntung dech enggak ada kabar beritanya keburu di resufle sama presiden.

Aku tentunya tidak seperti Tom, yang kategori akademisi di sebuah perguruan tinggi ternama. tulisanku ini pun jauh dibawah Tom, apalagi analisisku, kalah jauh sama Tom. bagaimana memandang sebuah kurikulum pun tentunya aku kalah jauh dari Tom. Tom sudah mengikuti berbagai seminar,workshop,pelatihan dan lain sebagainya dimana-mana baik di dalam mau pun diluar negeri. semantara aku hanya seorang guru kelas kroco yang sekedar sebagai penikmat saja produk para ahli tersebut.

Sebagai guru kelas kroco, dengan pandangan yang kasar, terkadang terbesit dalam pikiranku, berapa rupiah yang sudah dihabiskan untuk melakukan sebuah perubahan? apakah sudah sebanding dengan hasilnya??pelatihan-pelatihan yang dilakukan dimana-mana, apakah tidak menggunakan anggaran??? ah lagi-lagi ini pertanyaan konyol dari guru kroco macam aku ini. sebab prakteknya di lapangan seperti jauh panggang dari api. semoga ini kesimpulan yang salah.

Aku jadi teringat CBSA, jamanku sekolah dulu dari SD sampai MTs. Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif, yang mulai digagas tahun 1984 dengan landasan teori pendidikan humanistik. Kurikulum CBSA menekankan pada penting peran serta siswa sebagai peserta didik dalam proses pembelajaran.siswa diajak berperan aktif dalam mencari, menjelajah dan meneliti lingkungannya sendiri. ini tentunya tercantum dalam kbk,ktsp mau pun k13. student active learning, meski pun mungkin modelnya lebih variatif.

CBSA menarik menurutku. lebih simpel dan tidak neko-neko tapi berhasil (menurut aku), bagaimana tidak? wong yang sekarang jadi presiden dan pejabat-pejabat lainya mungkin pernah menikmati kurikulum ini. harapanku seharusnya semua kurikulum baru yang lahir dengan usia yang sangat muda dan terkesan pendek, mestinya belajar dari kurikulum CBSA.

akan tetapi, lagi-lagi ini hanya analisis kasar dari guru kelas kroco, yang mungkin saja tidak berguna sama sekali, semoga Tom yang akademisi sekaligus pejabat kampus punya analisis yang lebih tajam dan lebih halus jauh dibanding dengan apa yang ada coretan kasar ini.

akh sudah lah, untuk apa lama-lama beropini, mending ngopi yah, semoga Aku, Tom dan Kris bisa kumpul bareng buat ngopi.