Belajar dengan Alam Semesta

Alam semesta sejatinya adalah sahabat hidup manusia. Alam semesta menyediakan berbagai fasilitas untuk kelangsungan hidup manusia. Alam semesta anugrah Sang Maha Pencipta sekaligus sebagai tanda kebesaran Tuhan, ayat kauniyah kalau dalam bahasa agama.

Ini bukan tulisan orang hebat,pakar atau profesor. Ini hanya sebuah catatan kecil orang pinggiran. Mungkin tak ada pesan yang hebat didalamnya.

Sebagai sahabat dan fasilitas hidup manusia, alam semesta harus dirawat dan dijaga kelestariannya. Sekali lagi bukan demi siapa-siapa, tapi demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Orang-orang ahli, para pakar dalam berbagai bidang telah memberikan berbagai wejangan untuk selalu merawat dan menjaga alam semesta. Salah satu pendekatan dalam wilayah agama muncul pendekatan fiqh lingkungan dan ekosufisme. Baik fiqh lingkungan mau pun eko sufisme tujuannya satu yaitu merawat dan melestarikan alam semesta sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa.

Alam semesta sekali lagi memfasilitasi hidup manusia. Belajar mencintai dan merawat alam semesta harus ditanamkan kepada generasi muda sedini mungkin. Bahkan dalam pandangan sederhanaku semenjak pra natal. Dalam falsafah hidup orang jawa misalnya, ketika seseorang ibu hamil, dilarang untuk membunuh binatang atau merusak tanaman. Menurutku ini sangat luar biasa, sebuah pesan pendidikan moral bukan hanya untuk sang Ibu tetapi juga sang calon jabang bayi, untuk belajar merawat dan mencintai alam semesta.

Pasca natal, orang tua harus mendidik dan mengajarkan anaknya sedini mungkin untuk belajar mencintai alam semesta. Tentunya dengam berbagai cara yang dapat diterapkan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Banyak hal yang mestinya kita belajar dari alam semesta. Dalam kontek sebagai ayat kauniyah, tentunya Sang Maha Pencipta banyak menyampaikan pesan kepada manusia lewat alam semesta, dan untuk memahaminya manusia harus belajar dan berkawan dengan alam semesta. Bukan mengeksplotasi seenaknya sendiri.