
Harga sebuah kebersamaan
Menjelang pukul 16.30, aku bergegas ke ruang LSP untuk bersiap-siap absen pulang. Maklum keterikatan dengan absen itu bagian dari disiplin. Meski banyak yang mengeluh tapi bagiku itu sesuatu yang perlu. Seperti biasa beberapa rekan yang sudah selesai mengajar duduk-duduk sambil ngopi atau ngobrol kes ana kemari. Atau sekedar menghabiskan waktu untuk bermain PES, hiburan usai menjalankan tugas negara.
Seorang teman nyeletuk bertanya, ” eh Pak, mau kemana, buru-buru amat, amat saja tidak buru-buru?”. Haha-aaha sambil sesekali diselingi canda tawa keakraban. “Sini lah Tadz duduk-duduk dulu,ndak usah buru-buru pulang”, tambah rekanku yang lain. Aku hanya membalas dengan senyum lebar aja, sambil terkadang nyeletuk iseng ” biasa lah siangan” Hahahahahahah.
Sehabis selesai mengajar memang seringnya aku langung bergegas bersiap untuk pulang, jarang sekali aku sempatkan untuk duduk-duduk santai bersama teman-teman yang lain. Beberapa teman juga ada yang sepertiku. Tentunya dengan berbagai pertimbangan dan alasan yang berbeda-beda. Dan itu menjadi hak masing-masing.
Bagiku, pulang secepatnya setelah selesai mengajar sama sekali bukan tidak mau bersantai dahalu dengan teman-teman, melainkan ada alasan tersendiri. Ruang bercengkrama dengan rekan-rekan sudah aku agendakan mulai absen pagi sampai absen pulang, sebisa mungkin disela-sela waktu itu aku manfaatkan untuk bersendau gurau atau sekedar bercerita kecil-kecilan dengan rekan-rekan kerja. Selebihnya setelah waktu jam pulang maka sisanya adalah waktu untuk keluarga kecilku.
Aku teringat ketika masa kecil dulu, hidup dalam lingkungan keluarga yang broken. nyaris tak tersentuh rasa kasih sayang seutuhnya dari orang tua. Mungkin berbeda dengan teman-teman kecil ku dahulu. Yang hidup dengan kasih sayang orang tua. Meski begitu aku tak pernah meratapi itu. Bagiku itu adalah bagian dari takdir dan alur perjalanan hidup. Tentunya ada banyak hikmah yang bisa aku peroleh dengan kondisi menjadi anak broken home. Sepertinya Tuhan sengaja untuk mengajari arti dan hakikat hidup yang sesungguhnya. Dan ini menjadi bekal hidupku yang sangat berharga. Menjadikanku kuat dan bertahan dengan berbagai warna kehidupan.
Ini menjadi salah satu alas penting bagiku. Sebuah kebersamaan sangatlah berharga. Aku ingin membangun kebersamaan bersama keluarga kecilku. Aku ingin anak-anakku terutama yang masih kecil-kecil mendapatkan kasih sayang yang penuh dari orang tuanya. Aku tak ingin anak-anakku mengalami seperti yang dahulu pernah aku alami. Ini pelajaran penting bagiku. Bahwa kebersamaan itu sangat berharga.
Kelak ketika anak-anak sudah mulai besar,maka mereka akan sibuk dengan dunianya masing-masing, dan ini menjadi pelajaran penting agar kelak mereka setalah dewasa dan berumahtangga agar tidak pernah lupa untuk menyempatkan waktu secukupnya dengan keluarga. Kebersamaan menjadi salah satu kunci untuk keharmonisan keluarga.
Sekian dan terimakasih