Kebaikan dan Kebahagiaan dalam pandangan Ibnu Miskawaih (320- 421 H/ 930-1030 M)

Konsep tentang kebaikan dan kebahagian yang digagas oleh Ibnu Miskawaih tidak lepas dari pengaruh pemikiran Aristoteles. kebahagian menurut Aristoteles sebagaimana dikutip oleh Hamka ialah suatu kesenangan yang dicapai oleh setiap orang menurut kehendak masing-masing. Sedangkan Ibnu Miskawaih mengartikan kebahagiaan sebagai kebaikan yang sempurna dan merupakan tujuan akhir dari pencarian manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat.

Untuk mencapai kebahagiaan banyak kriteria yang harus dipenuhi sebagai sarana mendapatkan kebahagiaan itu sendiri, salah satunya menurut Maskawaih adalah mendidik anak-anak dalam ilmu yang berbasis akhlak. Semua ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan sosial, alam apalagi agama harus diarahkan pada pengabdian kepada Tuhan sehingga apapun materi yang terdapat dalam suatu ilmu tidak boleh lepas dari tujuan pengabdian kepada Allah SWT.

Penekanan pendidikan akhlak pada pencapaian kebahagiaan, telah menempatkan Ibnu Maskawaih sebagai filosof yang bermazhab as sa’adat. As-sa’adat sekaligus menjadi dasar utama bagi hidup manusia sekaligus untuk pendidikan akhlak. Makna as-sa’adat sulit dicarikan padanannya walaupun secara umum diartikan sebagai kebahagiaan. Menurutnya assa’adat merupakan konsep komprehensif yang didalamnya terkandung unsur kebahagiaan, kemakmuran, keberhasilan, kesempurnaan, kesenangan, dan kecantikan.

Intinya bahwa kebahagiaan lahir dari kebaikan-kebaikan yang sempurna. Kebahagian akan tercapai manakala manusia melakukan kebaikan-kebaikan dalam hidupnya tanpa mengharapkan imbalan materi. Kebaikan dan kebahagiaan menurut ibnu Miskawaih berbanding lurus. Dimana setiap kebaikan akan selalu mendatangkan kebahagiaan. jadi kebaikan harus dilakukan dengan ikhlas agar dapat mendatangkan kebahagiaan.

Kebaikan menurut Ibnu Miskawaih terbagi menjadi dua antara lain syarifah dan mamduhah Kebaikan Syarifah adalah kebaikan yang kemuliaannya karena dzatnya, yakni hikmah dan akal, sedangkan kebaikan mamduhah adalah keutamaan dan perbuatan-perbuatan usaha yang baik.

Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW, mengajarkan agar untuk mengetahui baik dan buruknya sebuah perbuatan, kita harus bertanya kepada hati nurani kita. Nabi SAW menyatakan, “perbuatan baik adalah yang membuat hatimu tentram, sedangkan perbuatan buruk adalah yang membuat hatimu gelisah”. Artinya semua manusia pada hakikatnya baik itu muslim atau bukan memiliki pengetahuan fitri tentang baik dan buruk.

 

Bahan Bacaan: 

Haidar Bagir, Buku Saku Filsafat Islam, (Bandung: Mizan, 2005) . Download disini

Hamka, Tasawuf Modern (Jakarta: Pustaka Panjimas, Cet. IV, 2003)

Ibnu Miskawaih, Tahdib Al-Akhlak wa Tathir Al-A’raq, tt