
Beberapa hari otak terasa spaneng, menulis terlalu serius, bikin seisi ubun-ubun jadi tegang. bekerja terlalu keras. seolah-olah dunia hampir gim. lupa kalau hidup itu tak melulu harus spaneng serius tanpa canda tawa, tanpa kekonyolan dalam istilahku. akh hidup hanya sebuah sendau gurau dan permainan. kata Nike Ardila (Alm) ” dunia ini panggung sandiwara”, ya layaknya panggung sandiwara jadi penuh kamuflase.
Serius boleh lah tapi bercanda dan konyol itu wajib. mengejar target boleh lah tapi santai juga perlu donk, biar otot-otot di tubuh agak sedikit rilek. dalam laku hidup saya “konyol itu perlu”. sudah tahu kopi pahit, masih saja menikmatinya tanpa gula. wah gila lu ndro…., begitulah hidup terkadang perlu begitu. anti mainstrem kata temanku yang ahlinya ahli intinya inti.
Entah mau lanjutkan kata-kata apa selanjutnya yang jelas ” hidup jangan terlalu tegang, serius, tanpa senyum , lupa ngopi, imbangilah semua itu dengan santai, rilek, ngopi dan mengkonyolkan diri. gak ada untungnya terlalu serius, terlalu sibuk, terlalu tegang. slow aja. kalau dalam teorinya Ibnu Miskawaih, bapak Filsafat Etika, jangan terlalu ekstrim kanan dan ekstrim kiri, ambil tengah-tengahnya saja. simak aja pemaparannya di bukunya ” tahdib al-akhlak wa tathir al-araq” pahami teori jalan tengahnya atau an-nadzariyah al-wasatiyah.
Kira-kira begitu gaes, yuk budayakan hidup slow,rilek santai sambil ngopi, seperti kata kang Herman waktu di SMK Muhammadiyah Paguyangan (2010) “memasyarakatkan kopi dan mengkopikan masyarakat” atau kata Pak Rohman waktu MTs dulu S3 (santai, serius, sukses). ok ahiru kalam. wallahu a’lam …