Menjelang Penghujung Ramadhan (3).

Tinta penaku mulai habis, aku kehilangan kata-kata, tulisan tanpa makna, aku melihat sepasang kekasih suami istri yang tak lagi muda, dengan rumah berdinding bambu sederhana, tapi seperti surga,aromanya tercium jelas, tak ada nuansa duka keluh kesah atau semacam protes kepada Tuhan. Apalagi sampai berdemo memaksa Tuhan untuk mengabulkan hajatnya. Yah terkadang kebahagiaan memang tak mesti singgah di rumah-rumah mewah, di istana-istana. Kebahagian bisa muncul dimana saja, termasuk digubuk reot.

Aku, Jo. Namaku Jo, aku teringat saat mengikuti studi kritis pendidikan akhlak di sebuah kampus negeri tidak jauh dari tempatku tinggal. Tujuan ajir hidup manusia adalah mencari kebahagiaan. Ya kebahagiaan. Siapa yang tidak mau hidup bahagia?????? Mungkin hanya orang-orang tak berakal yang menghendaki hidup terbalik. Kalau dalam bahasa arab sering disebut Assadah (السعادة) .

Salah Satu jalan menuju kebahagiaan kata Gus Ulil adalah berprasangka baik atau khusnu dhzan. berfikir positif alias berprasangka baik menjadikan hidup kita sehat dan bahagia. Sebab pikiran-pikiran negatif itu membelenggu. Berprasangka baik kepada Tuhan dan mahluknya.

Berprasangka baik kepada Tuhan ditunjukan dengan selalu bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepada kita semua, mulai dari hal-hal yang kecil sampai pada hal-hal yang besar. Bukankah Tuhan berfirman “aku sebagaimana hamba-Ku berprasangka”. Begitu juga jika kita pandai bersyukur maka Tuhan akan selalu menambah nikmatnya.

Berprasangka baik kepada semua mahluk Tuhan tak terkecuali sesama manusia juga merupakan sumber kebahagiaan. Khususnya kepada sesama manusia. Yang mana kita berinteraksi dalam wadah yang disebut masyarakat. Sudah sewajarnya lah untuk saling berbaik sangka agar kehidupan berjalan dengan normal dan tercapai sebuah kebahagian bersama.

Dalam banyak percakapan, Tom yang akademisi religius sering mengingatkanku “jangan lupa bahagia Gaes” disela-sela pembicaraanya. Ya hidup ini memang tidak seperti serial kartun upin-ipin atau teletabis. Tapi hidup ink mampu menciptakan kebahagiaan ala mereka.

dipenghujung waktu sahur, ku sempatkan untuk menikmati secangkir teh panas, menghirup araomanya setidaknya bisa memacu semangat untuk meneguk kebahagiaan hidup. Ahir kata “Jangan lupa bahagia”.