
Menjelang penghujung ramadhan, aku ingat sahabatku Tom, seorang akademisi religius. berbeda dengan tom yang super jenius, aku hanya orang bodoh yang ingin terus belajar dan belajar, termasuk belajar kepada Tom. sebab kita dituntut untuk belajar dari mulai di ayunan sampai masuk kedalam liang lahat.
Ramadhan memang bulan yang spesial buat kita umat Islam. bulan mulia dimana kita umat Islam diwajibkan untuk berpuasa. bulan dimana Al-Quran untuk pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan, kita sering menyebutnya dengan istilah Nuzulul Qur’an. Ramadhan juga bulan dimana hadirnya malam yang lebih baik dari seribu malam atau sering kita kenal dengan istilah laelatul qodar.
Ramadhan adalah momentum yang sangat tepat untuk kita memulai,membangun, atau mengokohkan keimanan kita. puasa, salat tarawih, tadarus, iktikaf merupakan aktifitas yang selalu menghiasi ramadhan. ditambah dengan berbagai aktivitas positif lainnya yang bernilai ibadah.
Aku bukan Tom yang mampu menguraikan panjang lebar makna-makna ramadhan, aku hanya orang bodoh yang ingin terus belajar dan belajar. setidaknya menurut aku yang super awam, ramadhan adalah momen penting untuk mengokohkan dua hal, yaitu kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. keduanya terkumpul begitu indah di dalam bulan penuh berkah ini. aku lebih senang dengan istilah mengokohkan, sebab kita sudah punya pondasi dan bangunan kesalehannya.
Mengokohkan kesalehan pribadi, yah ini pendapat sederhana saja, di bulan ramadhan ini kesalehan pribadi kita dikokohkan ditempa setiap tahunnya. kesalehan pribadi kita yang terkadang goyang kanan goyang kiri diterpa berbagai macam warna-warni kehidupan, di bulan ramadhan ini adalah kesempatan yang baik buat kita kokohkan kembali.
Dzikir pribadi dengan beribadah mendekatkan diri sedekat-dekatnya dengan Allah SWT Sang Khalik. tarawih , tadarus al-qur’an, berpuasa sebulan penuh dan kegiatan ibadah lainnya merupakan sarana untuk kita mengokohkan kesalehan pribadi kita. kita manfaatkan rahmah di sepuluh hari pertama ramadhan, kita manfaatkan maghfirah di sepuluh hari kedua ramadhan, dan kita manfaatkan itqu mina nnar di sepuluh hari ketiga ramadhan agar kita semua menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Ramadhan juga menjadi momentum kita untuk mengokohkan kesalehan sosial kita. dengan menahan lapar dan haus seharian, kita diharapkan mampu menempa kepekaan sosial kita. ada banyak orang di sekitar kita yang mungkin saja nasibnya tidak seberuntung kita. kepekaan sosial kita diuji di bulan penuh berkah ini. akankah kita hanya sibuk dengan ibadah privat kita, akan kah kita sibuk dengan puasa kita, tarawih kita, dzikir kita, iktikaf kita, sementara kepekaan sosial kita tertidur lelap.
Dzikir sosial, mengkohkan bangunan hubungan sesama manusia yang mungkin saja selama ini kita abaikan akibat kesibukan kita sehari-hari, lupa jika ada hak orang lain dibalik semua yang kita miliki. ada baiknya di bulan yang penuh barokah ini, mari kita kokohkan kembali dzikir sosial kita, kepekaan sosial kita, kesalehan sosial kita. dengan sodakoh, infak dan zakat.
Bukankah agama selalu mengajarkan kita untuk membangun hubungan yang baik dengan sang Pencipta (حبل من الله) dan hubungan yang baik dengan sesama manusia (حبل من الناس)?, bukankah setelah perintah solat kita diperintahkan untuk berzakat?. jika kita lupa, mari kita mengingatnya, mari kita mengokohkannya di bulan yang penuh berkah ini, Ramadhan.
Wallahu a’lam…