Merawat Alam semesta dengan pendekatan Tasawuf

Alam semesta karunia sekaligus tanda-tanda kebesaran Tuhan Sang Maha Pencipta. dalam bahasa agama sering disebut dengan ayat Kauniyah, seiring dengan ayat Qauliyah (wahyu), risalah yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul.

Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini sejati harus hidup berdampingan mesra dengan alam semesta. segala kebutuhan manusia tersedia di alam semesta. dan manusia tugasnya adalah merawat alam semesta agar senantiasa berjalan secara seimbang dengan kehidupan manusia.

Ketidakseimbangan hidup antara manusia dengan alam semesta akan merugikan manusia itu sendiri. sebab jika manusia pandai merawat alam semesta maka alam pun akan mendukung pula keterlangsungan hidup manusia. sayangnya dalam banyak hal manusia cenderung arogan dan hidup semaunya sendiri, merusak dan mengeksplotasi alam tanpa batas.

Sebagian manusia yang peduli dengan alam semesta melakukan berbagai macam gerakan untuk merawat dan menjaga kelestarian alam semesta. salah satu pendekatan yang saat ini (atau mungkin sudah lama) adalah merawat alam semesta dengan pendekatan tasawuf. tulisan ini terinsfirasi oleh Pak Wito dan bukunya yang merupakan disertasi beliau di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dari dulu aku sendiri sudah miris dengan tingkah laku manusia yang cenderung destruktif terhadap alam semesta. disisi lain manusia sering mengeluh ketika musibah atau bencana seperti banjir,longsong,puting beliung tsunami gunung meletus, seakan mereka tak pernah menyadari ulah tangannya.

Mungkin sudah banyak yang menggunakan pendekatan sufistik dalam rangka merawat alam semesta. dalam istilah yang lebih keren dengan sebutan eko sufisme, dua gabungan kata yang terdiri dari eko atau lingkungan,rumah tempat tinggal, dan sufisme atau pendekatan tasawuf.

Pendekatan sufistik menarik sebab melibatkan unsur tazkiyah an nafs (kesucian jiwa) dalam merawat alam semesta. kalau dalam kehidupan sehari-hari ketika kita mencintai sesuatu dengan setulus hati, maka kita akan nyaman, bahagia dan tenteram dalam merawatnya. termasuk ketika kita mencintai alam semesta dengan setulus hati. maka kita pun akan bahagia menjadi bagian dari alam semseta ini.

Ada tiga istilah yang tidak asing terkait dengan pendekatan tasawuf, yaitu takhalli,tahalli dan tajalli. Takhalli sering diartikan dengan penarikan diri seorang hamba, menarik diri dari segala sesuatu yang menjauhkan seorang hamba kepada Tuhannya. Takhalli berarti mengkosongkan atau mebersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan dari kotoran penyakit hati yang merusak.

Yang kedua, Tahalli yaitu menghias diri, menghias diri dengan sifat dan sikap serta pebuatan yang baik. Selalu berusaha agar dalam setiap gerak prilaku senantiasa sejalan dan searah dengan ketentuan agama, baik kewajiban lahir maupun batin.

Sedangkan yang ketiga, Tajalli yaitu pencerahan atau ketersingkapan, dalam artian kondisi dimana seseorang hamba hatinya terbebaskan dari tabir (hijab) yaitu sifat-sifat kemanusian atau memperoleh nur yang selama ini tersembunyi (Ghaib) atau fana segala selain Allah ketika nampak (tajalli) wajah-Nya.

Sejalan dengan ketiga istilah tersebut, Pak Wito menyebutnya dengan istilah KIM atau kuras, isi dan mancur. Kuras adalah kondisi dimana seorang hamba mengosongkan dirinya dari perbuatan-perbuatan tercela yang dapat menghalangi hubungannya dengan Sang Khalik, seperti ujub,sombong,hasud dengki, ria dan lain sebagainya.

Sedangkan isi, artinya seorang hamba setelah mampu mengosongkan diri dari hal-hal buruk, maka mengisi dengan perbuatan-perbuatan baik. perbuatan-perbuatan baik itulah sejatinya yang dapat mengantarkan seorang hamba kepada Tuhannya. hati yang suci dan bersih yang menjadikan hamba mampu untuk menyibak tirai penghalang antara dirinya dan Sang Khalik.

Selanjutnya adalah mancur, kondisi dimana seorang hamba mampu berada pada tahap tertinggi yang mampu berkomunikasi dengan Tuhannya tanpa penghalang. disini segala perilaku baik seorang hamba harus berguna dan bermanfaat bagi sesamanya dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana jika ini diimplementasikan dalam kehidupan manusia dalam merawat alam semesta?

Manusia harus mampu membuang sifat buruknya terhadap alam semesta, keserakahannya, keangkuhannya,kedengkiannya yang dapat merusak keseimbangan alam semesta harus dibuang jauh-jauh. eksplotasi alam semesta harus dihentikan. penebangan dan penggundulan hutan harus dihentikan.

Sifat-sifat buruk ini lah yang harus dihindari dan dibuang jauh-jauh dari kehidupan manusia. agar keseimbangan hidup alam semesta terjaga dengan baik. jika manusia mampu mengosongkan diri dari perilaku buruk terhadap alam semesta, maka langkah selanjutnya adalah merawatnya, mengisi kehidupan dengan perilaku-perilaku yang baik terhadap alam semesta. tidak merusaknya, tidak membuang sampah sembarangan.

Mengisi kehidupan dengan perilaku baik, menjaga lingkungan dan kelestariannya, akan mampu memberikan dampak yang postif juga buat manusia. penghijauan hutan-hutan yang gundul memberikan dampak positif menyediakan kestersedian air, mengurangi efek rumah kaca. menyediakan dan memberikan jalan untuk air akan menghindarkan manusia dari banjir yang merugikan.

Jika manusia mampu menerapkan konsep Takhali (kuras) dan tahalli (isi) terhadap alam semesta, maka manusia akan dapat menikmati hidup dengan nyaman, tenteram dan bahagia. sehingga akan menjadi jalan terang menuju Tuhan Sang Maha Pencipta.

Terahir, mari kita jaga alam semesta, saling asah saling asih dan saling asuh . cintai dan rawat alam semesta dengan sepenuh hati.

Haturnuwun Kagem Bapak Suwito NS. Dosenku yang tercinta,semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmatnya.