Pembelajaran Daring,antara solusi dan masalah

Pandemi covid 19, masih menjadi momok dalam kehidupan kita,termasuk ranah pendidikan di tahun ajaran baru ini. Berbagai solusi sebagai alternativ pembelajaran ditawarkan di era yang serba sulit seperti sekarang ini. Tentunya ada yang pro dan ada yang kontra dengan segudang argumen yang dikemukakan sebagai sebuah hujjah.

Salah satu yang sedang diterapkan dalam dunia pendidikan saat ini adalah sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) via internet. terhitung semenjak mewabahnya covid-19 pertengahan maret lalu. Daring menjadi sebuah alternativ agar prose kegiatan belajar mengajar tetap dapat berjalan. Semuanya terkesan begitu tiba-tiba,mendadak dan tanpa persiapan yang cukup.

Daring memang menjadi sebuah solusi alternativ ditengah mewabahnya covid-19. Meski tersendat-sendat,setidaknya dapat menjadi solusi terbaik ditengah pandemi. Berbagai layanan dan program pembelajaran jarak jauh berbasis internet ditawarkan dari mulai via jaringan internet sampai pada tayangan televisi edukasi. Yah sampai disini kita dipaksa beradaptasi dengan dunia baru yang sebelumnya kurang begitu akrab. Mendadak kita berkenalan zoom,google meet,lark, microsoft team dan lain sebagainya. Termasuk juga mungkin perangkat IT seperti komputer dll yang selama ini hanya kita gunakan sekedarnya saja, sekarang kita explore dan gunakan dengan maksimal.

Semua itu jelas satu sisi positif dan hikmah dibalik mewabahnya covid 19. Daring menjadi solusi alternativ untuk guru dan siswa. Meski pun keduanya sama-sama belajar. Guru belajar menyiapkan materi dan media yang tepat untuk mengajar dalam kondisi yang tidak normal seperti sekarang ini. Sementara siswa belajar materi pelajaran dan teknologi yang dipakai berbasis IT. Kesimpulan sementara sampai pada point ini model pembelajaran daring adalah solusi terbaik dalam kondisi yang tidak menentu efek wabah covid-19.

Beberapa waktu yang lalu, seorang Ibu dengan anaknya datang ke rumah untuk meminta materi pelajaran karena tidak punya ponsel pintar android dan sejenisnya, sambil tersedu-sedu menahan tangis, si Ibu berkata “bu Guru,maaf saya tidak punya hp untuk menerima materi pelajaran”. aku hanya tertegun saja tak sanggup berkata apa-apa. mau pinjemin ponsel aku juga cuma punya satu hehehe.

Beberapa teman guru, di tempat aku mengajar, juga mengeluhkan banyak hal, mulai dari menyiapkan materi pelajaran dobel layer sampai pada menghadapi keluhan siswa dan orang tua siswa terkait denga sistem pembelajaran daring ahir-ahir ini. lagi-lagi aku teringat tentang sebuah kebijakan beberapa tahun yang lalu tentang FDS alias Full Day School, dimana sebuah kebijakan yang diterapkan tanpa melihat situasi dan latar belakang di lapangan. tiba-tiba saja. ya memang tidak ada sesuatu di dunia ini tanpa kelemahan dan kelebihan. memang sudah kodrat.

Masalah baru mulai muncul ditengah daring sebagai sebuah solusi. setidaknya secara umum ada dua problem besar dalam pembelajaran daring, problem intern dan problem ekstern.

Pertama, masalah intern. masalah yang muncul dari dalam diri guru, siswa dan orang tua. masalah intern di dominasi oleh masalah motivasi dan kemampuan beradaptasi dengan dunia daring yang mayoritas berbasis IT. sebagaimana kita ketahui bahwa motivasi belajar daring baik di kalangan guru, siswa dan orang tua masih sangat rendah. dikalangan guru juga banyak yang mengeluhkan sistem pembelajaran daring. ini bisa dilihat dari kurangnya inovasi dan kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan model daring. tentunya dengan berbagai alasan yang berbeda-beda. sejauh mana guru berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran maka akan berpengaruh juga terhadap minat dan motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar siswa dengan model daring juga masih kurang bagus, bisa dilihat dari tingkat kehadiran atau absensi dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa. disisi lain kita juga tidak dianjurkan untuk memberikan tugas yang berlebihan kepada siswa. terkesan seadanya.

Motivasi orang tua untuk mendampingi anak belajar secara daring juga tergolong belum maksimal. orientasi orang tua lebih besar pada memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi maaf maaf bagi kalangan bawah. dimana kemampuan orang tua juga tidak semuanya menunjang dalam mendampingi siswa belajar secara daring.

Baik guru , siswa dan orang tua, mungkin saja belum terbiasa dengan sistem pembelajaran daring yang berbasis teknologi informasi. sehingga ini memaksa guru, siswa dan orang tua untuk belajar dan beradaptasi dengan teknologi yang saat ini sedang digunakan. ini tentunya memakan waktu dan akan berpengaruh terhadap hasil belajar mengajar. sementara disisi lain pembelajaran dengan model daring diterapkan oleh pemerintah dengan spontan. sehingga terkesan tiba-tiba tanpa persiapan yang matang. ini semua tentunya memerlukan slosi lagi yang jitu.

Kedua, masalah ekstern. masalah yang muncul dari luar yang berpengaruh terhadap guru, siswa, orang tua dan proses belajar mengajar secara daring. ditengah wabah covid-19 dimana kondisi perekonomian juga memburuk. mau tidak mau ini akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan. banyak permasalah ekternal yang muncul ditengah model pembelajaran daring.

Pembelajaran daring yang berbasis internet. tentunya membutuhkan perangkat bantu yang lainnya seperti komputer, laptop ,ponsel pintar dan kuota. sementara di masyarakat tidak semuanya memiliki perangkat tersebut. jika pun ada yang memiliki perangkat maka selenjutnya harus punya quota internet dan jaringan di wiliyahnya. untuk kalangan menengah kebawah ini tentunya sangat berpengaruh sekali. meski pu pemerintah sudah berusaha sekuat tenaga menunjang kebutuhan kelas menengah kebawah dengan berbagai program, nyatanya ini masih menjadi masalah. banyak orang tua dan siswa yang mengeluh tidak mempunya ponsel, quota internet dan lain sebagainya.