Proses transformasi materi pendidikan akhlak/Karakter

Materi pendidikan akhlak tidak begitu saja diperoleh oleh anak, akan tetapi memerlukan usaha untuk mentransformasikan ke dalam diri mereka. Proses transformasi ini bisa memakan waktu cepat atau pun lambat tergantung bagaimana orang tua, guru atau masyarakat menanamkan ke dalam diri anak. Ada banyak cara untuk menanamkan nilai-nilai akhlak.

Ibnu Miskawaih lebih menekankan proses transformasi pendidikan akhlak melalui pembiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan hidup mengikuti syariat Islam dan akhlak yang baik harus ditanamkan dalam diri anak sedini mungkin.

Menurut Imam Ghazali yang dikutip oleh Aris Setiawan, membagi proses transformasi materi pendidikan akhlak kedalam diri anak adalah sebagai berikut:

1. Keteladanan

Keteladanan adalah salah satu metode pendidikan yang baik, oleh karena itu seorang peserta didik harus memperoleh teladan dari lingkungannya sejak dini agar tercipta generasi yang baik pula. teledanan orang tua di rumah, guru di sekolah dan keteladanan lingkungan masyarakat tempat anak tinggal.

2. Pemberian Nasihat

Pemberian nasihat terhadap anak mengenai kebaikan sering disebut dengan al mau‟izhah al hasanah (nasihat yang baik). Menurut sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa sesungguhnya nasihat yang baik ialah berpaling dari yang jelek atau perbuatan buruk melalui anjuran dan larangan. Yang demikian itu kekhusyukan, bisa melunakkan sedangkan hati menurut dan ahli menimbulkan tafsir lainnya, berpendapat bahwa nasihat yang baik dan tidak samar bagi kebanyakan orang adalah menasehati seseorang dengan tujuan tercapainya suatu mangfaat atau kemaslahatan baginya. Penafsiran para ahli tafsir tersebut mengacu pada berbagai denotasi dan ekstensi kata. Karena tujuan mereka adalah mengisyaratkan maksud yang diinginkan al-Qur’an bagi kata atau tema tersebut dan bukan makna secara etimologisnya semata.

3. Pemberian wasiat

Salah satu cara memberikan pendidikan yaitu dengan metode pemberian wasiat, dengan metode ini seorang pendidik memberikan suatu pelajaran yang diharapkan telah dilaksanakan walaupun yang mendidik telah meninggal dunia karena wasiat merupakan pesan tentang suatu kebaikan yang akan dijalankan setelah seseorang yang berwasiat telah meninggal dunia.

4. Cerita

Dalam pendidika Islam ada berbagai cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satunya dengan metode cerita dengan cara menceritakan peristiwa-peristiwa bersejarah.

5. Perintah dan larangan

Memberi perintah kepada murid untuk melaksanakan kewajiban dan melarang anak didik untuk melaksanakan kejelekan harus dilakukan oleh seorang pendidik.

Sementara itu, Menurut Ali Qoimy, proses transformasi materi pendidikan akhlak ke dalam diri anak adalah sebagai berikut:

1. Kesenangan (At-targhib)

Salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai akhlak kedalam diri anak adalah dengan menggunakan cara/sesuatu yang menyenangkan bagi anak. Seperti mengajarkan perilaku yang baik sambil bermain dengan anak.

2. Contoh yang baik (Al-Qudwah As-Sholihah)

Suri tauladan yang baik merupakan cara untuk mentransformasi akhlak ke dalam diri anak. Akhlak bukan sekedar pengetahuan saja akan tetapi akhlak juga membutuhkan praktik, sehingga orang tua dan guru harus memiliki perilaku yang baik pula untuk lebih mudah dalam menanamkan akhlak kepada anak.

3. Pengulangan (At-Tikrar)

Penanaman akhlak membutuhkan pengulangan secara kontinyu. Tujuannya agar dapat menjadi kebiasaan sehari-hari. Cara ini dapat dilakukan dimana saja. Peran orang tua, sekolah dan masyarakat sangat dibuthkan dalam penanaman nilai-nilai akhlak.

 

Bahan Bacaan :

  • Ibnu Miskawaih, ” Tahdib Al-Akhlak wa Tahir al-araq” www.Al-Mustofa.com , tt
  • Ali Qo‟imy, Tarbiyah at-Tifl Diniyan wa Akhlaqiyan (Bahrain: Maktabah Fakhrawi, 1995)