Bersandar pada-Mu
Saat aku terkapar berdarah-darah
Orang-orang melihatku dengan sinis
Ada yang bilang aku penipu
Lalu menghujamkan belati tepat dijantungku
Ribuan kata tak mampu membuat orang-orang itu percaya.
Saat aku terpuruk tak berdaya
Pada titik terendah
Orang-orang tak ada yang peduli
Bahkan teman satu kosku dulu tertawa terbahak-bahak
Sambil memetik melati dan melompat-lompat girang
Dengan penuh aroma kebencian lalu sebelah sikunya menghantam ujung bahuku
Aku hanya terdiam tanpa satu pun bahasa
Ribuan pasang mata menatapku tajam
Saat aku coba berdiri dengan sisa-sisa tenaga dan nafas yang tersengal-sengal
Aku ingat satu nama
Aku ingat dalam hembusan nafasku
Sang pemilik ruang dan waktu yang tak pernah lelah menemaniku melangkah
Puisi tanpa makna
Puisi tanpa makna
Hanya mengeja kata sambil berharap kasih-Mu
Sambil berharap rahmat-Mu
Yang tak pernah pergi dalam keterpurukanku.
Dan aku bersandar pada-Mu.
Winduaji, 28 Oktober 2023