RPP SATU LEMBAR DAN PESAN SINGKAT PAK DOSEN

Beberapa hari yang lalu, dunia pendidikan kita agak sedikit diramaikan dengan pemberitaan tentang sosok menteri pendidikan baru yang lumayan nyentrik, keren dan boleh dikatakan punya gagasan segar. Dari mulai menghapus Ujian Nasional sampai penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran alias RPP satu lembar. Beliau adalah Nadiem Makarim, mantan CEO Gojek, sebagian teman-teman guru memanggilnya mas Nadiem, mungkin karena usia beliau yang masih sangat muda yah.

Penghapusan Ujian Nasional mungkin bukan wacana baru, beberapa menteri sebelumnya juga sempat  melontarkan gagasan yang sama, hanya saja mungkin belum sampai pada tahap pelaksanaan. Mungkin karena menuai banyak pro dan kontra. Kalau tidak salah waktu itu juga Pak Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat memberikan respon penolakan terhadap ide penghapusan Ujian Nasional. Terus dikaji lagi, difikir lagi. Kalau aku sih yes ya yes, no ya no. alias no comment, mengutip kata Gus Dur “ gitu aja kok repot” (maklum gue emang ngefans berat ama Beliau Gus Dur…hehehe).

Saat muncul ide baru, pembuatan rpp satu lembar, wah aku piker ini menarik, mungkin karena aku tipe guru yang gak mau repot dengan model-model kaya gitu yah hehehe(maaf). Sebenarnya bukan itu sih, kalau mau jujur sebenarnyakan banyak guru yang malas buat RPP yah, semoga hipotesis ku salah. Selama ini kebanyakan hanya copy paste saja. Sangat jarang yang orisinil membuat sendiri. Atau kadang kala beli sama penjual buku pelajaran atau LKS.

Aku piker ini ide yang menarik, satu lembar cukup simple mestinya. Katanya sih di Negara Jepang sudah menerapkan model begini, dan hasilnya oke banget. Memang diakui atau tidak perangkat pembelajaran sangat menyita waktu guru dalam mengajar. Terkadang guru berlama-lama didepan computer hanya untuk menyelesaikan sebuah perangkat pembelajaran. Seharusnya ini menjadi sebuah alternative yang baik dimana guru tetap membuat dan memiliki sebuah perencanaan yang matang sebelum mengajar dikelas. Dan kegiatan pembelajaran dikelas juga tetap berjalan dengan lancer tanpa harus ditinggal guru hanya karena sedang atau mau membuat perangkat pembelajaran khususnya RPP.

Senggol punya senggol, terkait RPP satu lembar aku jadi teringat pesan salah satu dosenku saat di pasca dulu, saat memberikan tugas membuat makalah kepada kami. Aku dan teman-teman karena levelnya pasca sarjana maka makalah pun kami buat setebal dan seilmiah mungkin. Eh ternyata ketika presentasi makalah kami malah diketawain. Pasalnya tebal ngalor-ngidul enggak jelas hehehe. Kalau kata pak Dosen bikin makalah itu enggak harus tebal dan njlimet kaya gitu. Cukup simple aja, tiga lembar aja cukup, satu lembar pendahuluan, satu lembar isi dan satu lembarnya penutup. Simple padat dan jelas. Hahahaha cape dech. Gumam dalam hatiku “kelasnya Einstein kali Pak”.

Kalau direnungkan dengan seksama, memang benar yah. Kalau bisa simple dan mudah kenapa harus dipersulit. Kalau bisa dibikin singkat padat dan jelas kenapa harus panjang lebar mbundet tak karuan. Apa karena ini tradisi?. Sepertinya ini lah mungkin makna pesan dari Pak Dosen. Memang terkadang sesuatu yang baru agak aneh kedengarannya apalagi yang berbau rekonstruksi apa reformasi. Hahahaha…

Kembali ke RPP satu lembar, Belakangan ini, terutama saat munculnya ide RPP satu lembar, ku timang-timang, ternyata ia juga yah, kalau bisa dibuat mudah simple ngapain dibuat susah panjang lebar kaya jalan sepur. Toh ujung-ujungnya hanya formalitas dan pencitraan. Copy sana copy sini. Di dalam kelas biasa aja mengajarnya. Malah kadang menyimpang dari RPP yang sudah disusun.

Terkadang kalau dipikir-pikir kita memang senengnya sesuatu yang mbundet-mbundet gak karuan hehe. Birokrasi kita, lembaga pendidikan kita memang demen banget dengan sesuatu yang mbundet njlimet ujung-ujungnya ……????. Enggak lagi nyindir lho..gak usah tersungging.

Kata orang alim, mempermudah urusan orang adalah ibadah, semoga langkah mendikbud yang baru menjadi amal soleh Beliau. Dan mampu mempu menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan kita. Yang sudah bagus dan semakin bagus. Optimis kita bisa. Karena Indonesia Jaya.