
Sampah dan kita (kita???Elu aja keleees)
Beberapa hari yang lalu,ketika aku berkunjung di sebuah sekolah, dibawah naungan pemerintah alias negeri,sedikit agak terperangah, sampah berjibun dan berserakan disekitar tong sampah, sebenarnya agak mending sih masih ditaruh ditempatnya meski pun menumpuk seperti gunung slamet. Padahal sebelumnya ditempat tersebut petugasnya selalu sigap membersihkan dan membuang sampah. Entah mungkin karena lupa atau sedang liburan gimana gitu lah bahasanya pusing dituliskan dalam bentuk narasi deskriptif hahahaah Hahahaha.
Hari ini aku mengantar anak tes masuk di sebuah sekolah. Tanpa sengaja mataku yang jelita ini menangkap sebuah pemandangan yang kurang mengasikan, beberapa pot bunga terkapar menyedihkan ditemani botol-botol bekas air mineral yang berserakan tak bertuan dengan ceceran sampah lainnya. Ah mungkin karena sedang libur an yah jadi tak tersentuh tangan-tangan gaib. Husnudhon aku aja. Hehehe.
Aku pun jadi teringat setiap kali habis acara keagamaan mau pun non keagamaan yanng mengundang masa agak banyak biasanya selalu menyisakan sampah-sampah berserakan, hal seperti ini bukan hanya satu dua kali aku alami, sudah berkali-kali bahkan mungkin tak terhitung. Entah karena lupa atau bagaimana mana. Padahal kalau dilihat dalam setiap even ada susunan kepanitiaannya,ada seksi-seksi nya salah satunya seksi konsumsi, sayangnya yang terlupakan atau bahkan tak terpikirkan adalah tidak adanya seksi kebersihan sampah atau apa lah namanya hehehe.
Di lain waktu juga pernah terjadi, dimana kebun depan rumah ku yang sudah aku tata dan sapu bersih niatnya buat taman bermain anak alias bocil bocilku biar tidak terhipnotis oleh gadget terus. Eh tiba tiba ada yang membuang bangkai tikus dan anak ayam sembarangan. Bisa dibayangkanlah bagaimana nikmatnya bau bangkai apalagi kalau sudah dilalati sama blatungi waw luar biasa bingit tentunya. Dalam hati hanya bergumam, disini kan lingkungan pesantren, kok ada saja yang sembarangan membuang sampah. Ya meski pun masalah karakter itu urusan pribadi masing-masing, akan tetapi setidaknya kalau rajin ngaji rajin ke mushola mbok ya o rajin juga untuk menjaga kebersihan.
Terkadang ini menjadi sesuatu yang dilematis, pernah juga aku coba memberi masukan dan saran, eh ujung-ujung nya malah marah dan lain sebagainya, kan jadinya gimana gitu h yah. Padahal kita umat Islam kan yah?punya semboyan yang sangat luar biasa :
النظافة من الايمان
Kalau diterjemahkan kira-kira “kebersihan sebagian dari Iman”.
Tapi kok seringnya gitu yah?hehe apa kembali ke teori lama? Kembali ke masing-masing individu. Ah kayaknya wagu juga yah.
Aku sendiri agak kagum dengan gerakan 212 yang pas habis demo atau apa lah itu namanya, mereka punya tim sampah yang sigap sehingga sehabis acara bersih kembali. Bagiku ini sisi positifnya 212. Meski pun aku bukan simpatisan atau apanya. Tapi yang baik harus katakan baik donk, alias objektif lah.
Ketika pelajaran PABP kepada siswa coba aku suruh mereka untuk browsing negara tembe sih di dunia. Al hasil ternyata tidak ada negara dengan penduduk beragama Islam yang menempati posisi negara terbersih di dunia. Kan miris yah, padahal ajaran Islam itu sangat luar biasa, ada fiqh Taharah, ada fiqh lingkungan dan lain sebagainya. Sayangnya kita belum bisa sepenuhnya implementasi ajaran agama kita yang sangat luhur dan mulia. Kita masih sebatas learning to know belum sampai pada level learning to do.
Ahir kata Wallahu a’lam bi sawab….