Semua ada ilmunya

Tahun 2006 ahir, aku bersama temanku Sis, mencoba memberanikan diri mendaftar untuk melanjutkan studi pasca di Unsoed. kami berdua mengambil konsentrasi Magister Manajemen. meski sebenarnya agak melenceng jauh dari konsentrasi awal studi kami. yah meski pun ahirnya kami berdua sama-sama tidak menyelesaikan juga. dengan pertimbangan ini dan itu.

Ada satu hal menarik ketika tatap muka pertama, namanya Pak Eko, aku sendiri lupa nama panjang dan gelarnya. dalam sambutannya beliau menceritakan tentang pertemuan dua orang sahabat karib yang lama tidak bertemu. sebut saja namanya We, dan sahabatnya di kampung namanya Be dan Ce adiknya.

Suatu ketika We berkunjung ke rumah Be. We yang lama hidup di kota dan menjadi orang sukses disana rupanya kangen dengan suasana desa yang lama ia tinggalkan. karena lama tidak berjumpa sebagai rasa pengobat kangennya, Be mengajak We untuk menginap di rumahnya, tanpa rasa ragu We pun menyetujuinya. sambil menikmati hidangan malam mereka bercerita pengalaman masing-masing.

” wah sekarang makin ganteng aja” sloroh Be ke We

“alah biasa aja” jawab We

“gimana di kota?asyik kan?” tanya Be

“ya begitulah, dibilang asyik ya memang asyik, dibilang enggak ya mau gimana lagi” jawab We.

Keesokan paginya, Be bersama Ce, ijin ke We hendak pergi mencari ikan ke tengah danau. We mengantar sampai ke tepi danau. We melihat pemandangan yang tak lazim, dimana Be dan Ce melompat dan berjalan bersamaan di atas air danau sampai ke tengah, kemudian menyebar jalanya disana. We yang baru melihat hal itu merasa terkagum-kagum.

“wah lama tidak berjumpa, Be dan Ce makin sakti saja, bisa berjalan diatas air” gumam We dalam hatinya.

Selama tiga hari berturut-turut We menyaksikan pemandangan seperti itu, ia semakin kagum dengan aksi kedua kaka beradik tersebut. namun We agak merasa canggung untuk bertanya akan hal itu. apa lagi We adalah seorang akademisi, gengsi donk kalau harus kepo dengan hal-hal seperti itu, meski pun sebenaranya ia sangat penasaran. We sendiri sebenarnya merasa tertantang dengan aksi Be dan Ce tersebut, sampai Ia pu berfikir pasti bisa melakukan hal yang sama.

Seperti hari-hari yang lalu, suatu pagi Be dan Ce pun ijin untuk mendanau kembali. Be dan ce kemudian melompat, belum sampai ketengah laut, tiba-tiba We ikut melompat juga bermaksud menyusul Be dan Ce. alhasil Burrrrrrrrr…..suara We terjebur ke dalam danau. sontak saja Be dan Ce terkejut dan berbalik arah terjun ke danau menyelamatkan We. Be membawa We ke tepian. dengan nafas agak tersengal Be bertanya ke We.

“Gaes kenapa ikut kami terjun ke danau?” tanya Be

“aduh maaf gaes, dari kemarin sebenarnya aku penasaran, kok kamu bisa berjalan diatas air gitu”. jawab We

” lho memangnya kenapa Gaes?” tanya Be lagi

” ya aku fikir aku juga bisa kaya kamu, eh tau nya aku malah tenggelam”.

” owalah…we..we…kenapa enggak tanya dulu, aku sama Ce itu melompat di atas batu yang sudah kami pasang dengan tali pengikat sampai ke tengah danau, sehingga kami mudah untuk melewatinya, bukan kami berjalan diatas air”. jawab Be

“oooooooo…..ooooo….” gumam We.

Ternyata apa yang dilakukan oleh Be dan adiknya bukan sesuatu yang berada di luar nalar. jauh-jauh hari Be dan adiknya merancang strategi untuk bisa ketengah danau dengan mudah. hasil eksperimennya kemudian mereka berdua memasang batu yang ikat dengan tali pengait sampai ketengah danau. sayangnya We enggan untuk bertanya dahulu akan hal tersebut. padahal ia sendiri seorang akademisi yang terbiasa dengan dunia penelitian dan eksperimen. langkah We untuk mengikut Be dan Ce melompat ketengah danau adalah langkah konyol seorang akademisi yang melangkah tanpa ilmu pengetahuan.

Sedikit berbeda dengan cerita Pak Eko, beberapa hari ini aku dibuat agak galau, pasalnya diatas joglo rumahku ada sarang tawon yang lumayan besar. yang jadi masalah sarang tawon tersebut menutup kabel listrik rumahku. wah berat kalau sampai besar bisa berabe. pikir punya pikir gimana caranya yah biar bisa nyopot sarang tersebut. kalau aku sogok dari bawah kemungkinan semua lebah akan mengejar takutnya menimpa kabel listrik dan putus sebab itu jalur utama.

Singkat cerita, namanya Pak Cakim, bukan pakar atau lulusan perguruan tinggi mana pun, hanya orang biasa. hanya saja ilmu perlebahannya lumayan bisa diandalkan. hanya butuh waktu beberapa menit saja sambil menikmati cemilan dan kopi ahirnya rumah lebah itu bisa diambil tanpa merusak kabel listrik hanya sedikit membuat lebah pingsan dan sempoyongan.

Sebagai kesimpulan , ternyata segala sesuatu yang ada di dunia ini ada ilmunya semua. hanya saja terkadang kita tidak tahu. mungkin apa yang dilakukan oleh Be dan Ce adalah hal yang sepele, akan tetapi jika kita tidak tahu cara nya mungkin nasib kita akan seperti We , terjebur dan tenggelam di Danau. begitu juga kasus sarang lebah dirumahku, ada ilmunya untuk mengambil sarang lebah agar tidak menyengat. maka tugas kita adalah belajar,belajar dan belajar.

Apa saja yang ada di dunia ini ada ilmunya, dari mulai yang posotif sampai yang negatif. sebagai contoh kecil untuk bisa menangkap pencuri saja kita mesti mempelajari ilmu nya pencuri, bagaimana mungkin kita bisa menangkap pencuri tanpa tahu bagaimana cara mereka dalam mencuri. dalam dunia teknologi informasi yang lagi ngetren seperti sekarang ini, kejahatan dunia maya atau cybercrime saja ada ilmunya bagaimana kita bisa mengamankan rumah maya kita, tentunya kita harus mempelajari tentang seluk beluk cybercrime.

Maka rasanya sangat Wajar jika kita dianjurkan untuk menuntut ilmu dari mulai ayunan sampai ke liang lahat, karena semua yang ada di dunia ini memang berjalan dengan ilmunya masing-masing. atau setidaknya jika kita tidak tahu maka bertanyalah pada ahlinya. sebab bertanya merupakan bagian dari proses belajar. dalam bahasa agama kita sering dianjurkan untuk bertanya kepada ahl dzikr. atau bahasa kita adalah orang pintar dalam bidang keilmuan.

Wallahu A’lam…