Tentang Kuttab dan Langgar (Part 1)

Pagi ini, rembulan masih tampak di ufuk barat, dengan senyumnya yang sangat indah, ditengah suasana langit yang begitu cerah. kuning keemasan diantara birunya langit pagi. seiring dengan hembusan udara pagi yang begitu sejuk menambah ke syahduan alam semesta. aku ambil ponselku ku abadikan keindahan alam semesta.

Aku teringat masa-masa dimana malam adalah sahabat terbaik untuk bercengkrama. sebut saja “langgar” tempat kami dulu tidur, bermain dan belajar. kalau istilah anak sekarang bascamp. kecuali siang hari saat kami belajar di sekolah. seingatku generasi adikku sudah sangat jarang tidur,bermain dan belajar di langgar.

Ya, namanya “langgar” seringnya kami menyebutnya begitu. nama kerennya surau atau mushola. ukurannya lebih kecil, kalau besar disebut “Masjid”. padahal kalau lihat asal katanya tidak ada kaitan dengan besar kecilnya.

Ya, dilanggar boleh dikatakan sebagai tempat non formal kami belajar, tempat yang begitu berarti dan bersejarah. kami memulai belajar agama di sini, dengan dibimbing oleh guru-guru hebat kami, mulai mengeja abjad hijaiyah satu persatu. kalau dalam kajian sejarah pendidikan Islam, sering ditemukan istilah “Kuttab” seakar dengan kata kitab,kataba,maktab. mungkin dan sangat bisa jadi kami sebagai generasi penerus Islam mengikuti tradisi tersebut.

Kuttab sendiri sebenarnya sudah ada semenjak masa pra Islam, biasanya digunakan sebagai tempat untuk belajar membaca dan menulis. Kuttab menjadi tempat yang penting dalam sejarah perkembangan pendidikan Islam, seiring perkambangan Islam, kuttab mengalami perluasan fungsi, setidaknya ada dua fungis utama kuttab (Samsul Nizar, Hal.6-7) antara lain:

Pertama, kuttab menjadi tempat pendidikan yang memfokuskan pada baca tulis, ini merupakan fungsi awal kuttab, di masa awal Islam kuttab juga dfungsikan sebagai tempat untuk belajar baca tulis, kebanyakan dilakukan oleh tawanan perang seperti tawanan perang badar, sebagai tebusan.

Dizamanku kecil dulu, langgar juga sering dipakai untuk belajar baca tulis huruf hijaiyah, sedangkan jika belajar abjad latin biasanya di sekolah formal. beberapa ustadz biasanya dengan sukarela mengajari kami baca tulis arab. buku yang sampai hari ini masih dipakai adalah buku Iqra. mungkin teman-teman kenal lah dengan buku fenomenal tersebut.

Baik langgar mau pun kuttab di masa pra islam dan awal Islam, menunjukan fungsi yang sama yaitu sebagai tempat belajar baca tulis. hanya saja di zamanku bahasa arab sebagai bahasa kedua sebagai sarana untuk memahami bahasa agama.

Kedua, kuttab menjadi tempat pendidikan yang mengajarkan Al-Qur’an dan dasar-dasar keagamaan, fungsi kedua ini yang membedakan kuttab pra Islam dengan Kuttab di masa awal Islam. Sebelumnya pendidikan dasar dasar keagamaan dilakukan oleh Nabi SAW di rumah Al-Arqam (dar al arqam) pada era makkah dan di Masjid pada era madinah (Samsul Nizar, 8).

Perkembangan kuttab berlangsung sampai abad ke IV H. lembaga pendidikan kuttab merupakan lembaga pendidikan yang murni diselenggarakan oleh masyarakat. nampaknya ini ada kesamaaan dengan pembelajaran di langgar-langgar. dimana masyarakat secara sukarela khususnya di tempatku menunjuk seorang guru ngaji (biasanya lulusan pesantren) untuk mengajari anak-anak baca tulis arab, kemudian dilanjut dengan belajar membaca Al-Quran.

Yang agaka unik di zamanku dulu, setelah belajar membaca Al-quran kemudian dilanjutkan dengan belajar membaca buku maulid barzanji. semacam buku sejarah Islam. yang biasanya banyak dibaca pada malam jum’at setelah solat Maghrib atau pada acara-acara tertentu. dengan tujuan untuk memperkenalkan sejarah perjuangan Nabi SAW dalam menyebarkan ajaran Islam.

Langgar, bagiku dan mungkin teman-teman seangkatanku merupakan tempat terindah yang penuh dengan sejuta kenangan. disamping dugunakan sebagai tempat ngaji dan solat, fungsi unik langgar lainnya adalah sebagai tempat tidur dan nongkrong. jika malam datang aku dan teman-teman jarang tidur di rumah, kami lebih senang tidur di langgar. sehingga tidak aneh langgar di tempat kami ramai bak hotel. anehnya tidur di langgar lebih nyaman daripada tidur di hotel bintang enam belas, hahahah. gratis Boooo.

Fungsi lainnya , langgar juga sering menjadi tempat kami nongkrong, tongkrongan terindah dari cafe atau apalah seperti tongkrongan anak jaman now. biasanya sehabis solat asar, kami santai-santai duduk di teras langggar untuk sekedar ngobrol atau berbagi pengalaman.

Satu hal yang aku sayangkan, generasi setelahku sudah sangat jarang yang menjaga tradisi warisan leluhur ini hehe. jaman adikku saja hal seperti ini sudah sangat jarang, apalagi zaman sekarang. dimana generasi sekaarang lebih asyik di rumah bercengkrama dengan ponselnya. bermedos dll. yah mungkin beda generasi. jadi beda juga cara menikmati masa mudanya.

Sebagai bahan bacaan silakan bisa dibaca bukunya Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Ciputat, Quantum Teaching. atau buku-buku lain yang berisi tentang sejarah pendidikan Islam.